Mengenal lebih dekat tradisi HKBP dalam merayakan peringatan hari Kematian Yesus Kristus.

APA ITU PUNGUAN NA HOHOM?

Punguan Na Hohom dapat di artikan sebagai berikut:

  1. HKBP Sebagai warga gereja yang sudah berusia 150 Tahun, mengadakan peringatan Kematian Kristus di Kayu Salib pada Jumat Agung setiap tahun.
  2. Peringatan khusus tersebut dengan nama Punguan Na Hohom, yang artinya persekutuan yang khusus diadakan untuk menghayati penderitaan yang di alami Tuhan Yesus Kristus, sekaligus mensyukuri keselamatan yang Tuhan anugerahkan.
  3. Punguan Na Hohom di laksanakan pada Jumat Agung mulai pukul 14.00Wib sampai dengan detik-detik kematian Tuhan Yesus Kristus di Kayu Salib pada pukul 15.00Wib. Dengan demikian Punguan Na Hohom di lakukan pada Jumat Agung, pukul 14.00-15.00 Wib.
  4. Disebut Punguan Na Hohom karena semua yang hadir di minta untuk berdiam diri sambil mendengarkan Pendeta membacakan peristiwa demi peristiwa yang di perbuat orang jahudi kepada Tuhan Yesus Kristus, mulai dari penangkapan, penyiksaan, penyaliban kematian dan penguburan-NYA.
  5. Dengan mengikuti Punguan Na Hohom, kita di harapkan semakin menghayati betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita.

On Hutaon humophop ho!

Aha ditaon ho humophop Ahu?

Kita telah tiba pada masa mengenang PENDERITAAN TUHAN YESUS. Saban tahun kita mengingat dan merayakannya. Dengan penderitaan yang di alami-NYA itulah kita dimungkinkan di terima kembali masuk ke dalam kerajaan Allah. Sebelumnya, karena dosa kita telah di usir Allah dari hadapan-NYA. Untuk tahun 2018 puncaknya adalah pada hari Jumat, 30 April 2018 ini; tinggal sedikit hari lagi dari sekarang. Demikian hikmatnya hari itu bagi kita, sehingga kita menamainya JUMAT AGUNG. Setiap minggu kita memang bertemu dengan hari Jumat, akan tetapi satu di antaranya adalah yang agung, karena pada hari itulah Yesus Kristus, Tuhan kita disalibkan, mati dan di kuburkan untuk “MANGHOPHOP” (membela) kita. Kita mengenang semua yang di derita Tuhan kita mulai dari penangkapan, pengadilan, penyaliban, kematian dan penguburan-NYA. Semua itu dirangkai dalam satu ungkapan: VIA DOLOROSA – Jalan penderitaan yang di lalui Tuhan Yesus menuju kemuliaan-NYA.

Di dalam kepatuhan-NYA kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus dengan rela mengalami semua penderitaan tersebut, karena hanya dengan cara sedemikianlah manusia berdosa itu dapat kembali diterima Allah. Dengan keluhan yang dalam, karena menyadari luar biasa sakitnya penderitaan itu, Tuhan Yesus menyatakan: “Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat 26: 39). Dengan kepatuhannya tersebut menjalani VIA DOLOROSA itu, maka kesempatan menerima kebahagiaan sorgawi terbuka untuk kita, untuk anda, untuk semua manusia. Inilah yang sebaiknya kita syukuri pada Jumat Agung ini. Sebelum meneruskan membaca renungan ini, kami mempersilahkan Saudara untuk mendalami makna yang terkandung di dalam Buku Ende HKBP No. 408:1 (Jikalau memungkinkan silahkan menyanyikannya) : “Bornginnai. Di porla i tarbege angguk bolon. Hinorhon ni dokdoknai, sai on na ma di jouhon: Ale Amang, bereng au on. Ai ingkon taononku??? Molo tung i, sai saut ma i. Unang tadingkon ahu”. (Terjemahan bebas: Malam itu; Di Taman tersebut terdengar jeritan kuat, sangat berat derita itu. Dia meneriakkan: Bapa! Apakah Aku harus menjalaninya??? Kalau harus, jadilah demikian. Jangan tinggalkan Aku).

Tuhan Yesus bukan tidak bergumul ketika hendak menjalani VIA DOLOROSA itu. Tuhan Yesus sadar bahwa VIA DOLOROSA itu sangat berat, tanpa penyertaan Allah Bapa, tidak dapat dijalani-NYA. Kasih-NYA kepada manusia yang telah di usir Allah dari dalam lingkungan kasih Allah mendorong-NYA bersedia untuk menanggung beban berat tersebut. Penyelamatan HARUS terlaksana, itulah tekad Tuhan Yesus. (RHN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top